14 September 2008

Belajar dari Budaya Swedia

Jum'at, 12 September 2008,

Padat, itulah kata-kata yang cocok untuk menggambarkan kuliah di Swedia. Kuliah yang di Indonesia dihabiskan selama 1 semester (4 bulan aktif) disini dihabiskan dalam waktu 7 minggu (2 bulan, 1 minggu ujian), namun cuma 2 kuliah. Jadi selama setahun ada 4 quarter. 1 kuliah sebanyak 7,5 SKS. Materi yang banyak disertai tugas dan kerja kelompok membuat puasa kali ini tidak terasa tiba-tiba sudah berbuka walaupun butuh waktu lebih lama berpuasa, sekitar 16 jam. sahur jam 4an, maghrib jam 8 malam. Dibalik itu, rahasia Ilahi terletak dicuaca yang membantu supaya tidak terlalu lapar, suhu rata-rata 13-17 C, harus pake jaket jika keluar rumah.
Kuliah untuk quarter ini bernama Experimental Design (ED) dan Global Chemical Sustainability (GCS). ED mengajarkan tentang statistik, metodologi penelitian, ditambah pemrograman komputer. Sedangkan GCS memberikan pengetahuan tentang lingkungan, sustainable development, renewable resources, waste management, dan sedikit risk management. ED dengan metode klasikal dan praktikum komputer sedangkan GCS dengan metode klasikal, diskusi, nonton film, presentasi, debat, dan writing project.
Banyak ilmu baru dan konsep baru dari mengikuti kuliah GCS. Perspektif global dalam melihat lingkungan disertai kasus, diskusi lintas negara memberi pencerahan bagi otak yang tidak pernah kenyang dengan pengetahuan. Hingga budaya masing-masing peserta kuliah pun menjadi bahan pelajaran.
Pengalaman melihat perbedaan budaya masing-masing negera jelas terlihat dalam sesi diskusi tentang film An Convenient Truth karya Al Gore (pemenang nobel perdamaian). Film yang berdurasi 1,5 jam ini menjadi topik diskusi kami untuk membedah apakah film ini bagus, metode mengena, apakah ada muatan politis, emosional, atau yang lain. Jelas terlihat saat diskusi perbedaan cara pandang orang Swedia dan Amerika.
Beberapa hal yang membedakan :
1. Orang Swedia tidak senang dengan orang yang terlalu membanggakan prestasi dan dirinya. Makanya memanggil dosen disini langsung aja dengan nama pendeknya. Semisal Prof. Claes Niclasson, dipanggil Claes saja. Sedangkan Amerika sering melihat figur pribadi dan bangga atas prestasinya. implikasinya terletak pada dampak yang terjadi pada budaya, sistem kerja dan pemerintahannya.
2. Jangan sekali-kali berkata besar tanpa bukti, untuk orang Swedia sangat benci terhadap orang yang banyak bicara tapi tidak ada bukti. Lebih baik diam terus berbuat banyak. Makanya saat diskusi yang dikritik oleh mahasiswa Swedia bukan pada esensi film Al Gore tapi pribadinya. Dalam filmnya banyak ambiguitas dan inkonsisten, terutama antara apa yang dikatakan dengan gaya hidupnya di film.
3. Orang Swedia bangga atas budaya, jerih payah pendahulunya, dan terbuka dengan masukan/saran. satu buktinya kalo sudah bicara tentang pengukuran suhu, Swedia pasti memakai Celcius karena Celcius dari Swedia, apalagi berbicara tentang hukum kimia Arhenius, r=k.A^(-E/RT), pasti bangga karena Arhenius dari Swedia.
4. Orang Swedia terkenal selfish, hati-hati kalo diajak makan siang. Diajak disini bukan berarti Anda ditraktir, biasanya bayar sendiri-sendiri. kalo ada pesta, jangan lupa bawa minum dan makanan sendiri. Yang jelas pastikan kalo diajak sekalian dibayarin. Akibatnya yang kasihan orang-orang tua, tidak ada yang mengurus, makanya tingkat kematian bunuh diri terbesar salah satunya di Swedia karena ketika sudah beranjak tua maka lebih baik mati daripada hidup sendiri.
5. Orang Swedia menghargai waktu. Kuliah disini harus tepat waktu, walaupun kuliah tidak wajib, tidak ada absen 75% kehadiran. Kalo janji harus ditepati, dan pantang mengingkari janji kecuali sudah ijin terlebih dahulu.
6. Untuk melihat orang kaya dan miskin di Swedia susah. Karena antara kaya dan miskin sama-sama tinggal di apartemen, memakai transportasi massal, akses kesehatan dan pendidikan gratis. Jadi, jarang ada yang sombong dan membanggakan harta yang dimiliki.

Sekelumit tentang pengalaman 3 minggu di Swedia semoga bermanfaat. Banyak pengalaman lainnya yang bisa didapat dari sekolah di negara lain,so Keep Fighting !!!.

best regards,

Haryandi
Innovative and Sustainable Chemical Engineering
Chalmers University of Technology
+46765838645

13 September 2008

Ke Kveberg yang kedua

Kveberg, nama daerah di kawasan Gotheborg yang menjajakan pasar tumpah setiap weekend (Sabtu-Minggu). Buka jam 8-15 menjadi pilihan banyak mahasiswa Indonesia untuk mencari barang-barang murah nan mudah. Kalo dibilang, Kveberg is real market, ada tawar-menawar disana, ada banyak pilihan bukan seperti di Mall-mall atau di outlet-outlet yang memberi beberapa pilihan dengan harga yang sudah dipatok dan tentunya mahal.
Berangkat dari apartemen di lantai 11 daerah Frolunda Torg berdua dengan sahabat karib, lalu naik tram 7, berhenti di Brunsparken dekat Mall terbesar di Gothebor, Nordstan. Kami harus menunggu teman Indo juga yang sudah janjian mau kesana bareng, namanya Risma dan Mba Peni.
4 orang ini sama-sama tahun pertama di Swedia tepatnya baru 2 minggu, berbekal keinginan menghemat keuangan pergilah kami ke Kveberg,naik tram 7 arah Bregjon. Menunggu sebentar, tinggal melihat jadwal yang tertera di station, tibalah tram 7. Satu hal yang perlu dicontoh dari sistem transportasi Swedia adalah tepat waktu dan nyaman serta aman. Bagaimana dengan negeriku?
Sampailah kami ditempat yang bernama Kveberg, dari kejauhan nampak orang berlalu lalang keluar masuk pasar. Suguhan pertama saat masuk pasar Kveberg mengingatkan kami atas pasar Bringharjo di Jogja, bedanya lebih teratur dan tidak becek.
Hari yang cerah saatnya mencari kebutuhan sandang dan pangan. Sudah ada catatan masing-masing yang akan di beli, Risma berencana membeli sayur, sepatu, jaket, telur, dan buah. Mba Peni membeli sayur, buah, sepatu, dan telur, kami berdua (saya dan Arief) berencana membeli celana, sayur, buah, telur, baju.
Kamipun berpencar menjadi 2 regu, regu pertama Arief dan Mba Peni mencari kebutuhannya, saya menemani Risma mencari kebutuhannya. Setelah keliling dan mencari yang termurah akhirnya dapat juga. Telur dengan harga 30 Kr (1 Kr = Rp.1500) untuk 30 biji bila dibandingkan dengan toko yang lain jauh lebih murah 20 Kr,sepatu dengan harga 60 Kr, ditawar jadi 50 Kr, pasangan baju dan celana 50 Kr, dan buah lebih murah dari tempat yang lain.
Satu kelucuan terjadi lagi, saat saya membeli jaket sekond di pedagang dari Swedia. Saya nanya, "Berapa harga jaket ini?" tentunya dalam bahasa Inggris, dijawab "38 Kr". Akhirnya sense menawar keluar juga, padahal harganya murah banget, saya tawar, "20 Kr", pedagangnya diam. Malah menjawab "10 Kr!" dengan 2 tangan menjelaskan 10 jari.Saya bingung, ni kok ditawar 20 Kr, ngasinya 10 Kr. tanpa pikir panjang jaketnya pun berpindah tangan, dengan sedikit bingung dan antara percaya dan tidak. Apa saya yang salah ato dia yang salah ya... Yang penting saya dapat jaket dingin dengan harga cuma 10 Kr = Rp. 15.000 masih bagus untuk dipakai di dinginnya cuaca Swedia.

08 September 2008

MENEBAR BIBIT KEBAIKAN

Seorang wartawan sedang mewancarai seorang petani untuk mengetahui rahasia dibalik buah jagungnya yang selama bertahun-tahun selalu berhasil memenangkan kontes perlombaan hasil pertanian. Jagungnya selalu berbuah terbaik sepanjang tahun. Ketika diwawancarai petani itupun mengaku, ia sama sekali tidak mempunyai rahasia khusus. Ia menyampaikan bahwa ia slalu membagi-bagikan bibit jagung terbaiknya untuk tetangga-tetangga di sekitar perkebunannya.
Lantas wartawan itupun bertanya "Mengapa anda membagi-bagikan bibit jagung terbaik pada tetangga-tetangga anda? Bukankah mereka mengikuti kontes ini juga setiap tahunnya?”.
"Tak tahukah Anda?," jawab petani itu. "Bahwa angin menerbangkan serbuk sari dari bunga-bunga yang masak dan menebarkannya dari satu ladang ke ladang yang lain. Bila tanaman tetangga saya buruk, maka serbuk sari yang ditebarkan ke ladang saya juga buruk. Bila saya ingin mendapatkan hasil jagung yang baik, saya harus menolong tetangga saya mendapatkan jagung yang baik pula".
Sang wartawan pun terdiam, dengan penuh perenungan.
Kisah hikmah diatas sesuai dengan sabda Rasulullah; "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain“. Bibit kebaikan sekecil apapun yang kita tanamkan kepada orang lain kelak akan menjadi pemberat timbangan di hari akhir kelak. Faman ya’mal mitsqala dzarratin khairan yarah wa man ya’mal mitsqala dzarratin syarran yarah. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Al Zalzalah:7-8)
Kisah hikmah diatas, menjadi refleksi bagi kita semua. Apakah bibit kebaikan yang kita berikan kepada orang lain adalah yang terbaik?. Jangan-jangan rusaknya lingkungan di sekitar kita akibat kita jarang menanam bibit kebaikan ke orang sekitar kita, seringkali kita memonopoli kebaikan untuk diri sendiri, hanya shalih individu bukan shalih sosial. Kita tidak memberikan bibit-bibit kebaikan terbaik bagi teman-teman, mad’u dakwah kita, keluarga, dan masyarakat. Padahal kita semua tahuTidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula). (Ar Rahman:60)
Butuh usaha kolektif dari orang-orang baik untuk memberi bibit kebaikan sehingga kelak dakwah Islam kian subur dan menghasilkan buah terbaik, khairu ummah. Ingat, surga diciptakan luas, alangkah baiknya kita memberi ruang bagi saudara-saudara kita untuk mengisinya dengan senaniasa mengajak kepada kebaikan. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita semua untuk beramal kebaikan di dunia untuk bekal diakhirat kelak. Wallahu a’lam bisshowab.

Audit Energi ; Program tidak Prioritas ?


Harga minyak dunia pada telah melampaui level US$ 115 per barel meski akhirnya ditutup di posisi 114,93 per barel (www.detik.com diunduh 17 April 2008). Rekor-rekor baru akan terus terjadi pada harga minyak dunia, hal ini disebabkan oleh tinggginya permintaan dan turunnya persediaan minyak dunia di pasar global.
Pemerintah Indonesia merasakan dampak dari naiknya harga komoditas energi ini. Pengeluaran untuk subsidi minyak semakin bertambah seiring dengan tingginya harga minyak dunia. Akibatnya pemerintah mengambil langkah pengamanan APBN-P 2008 dengan memangkas sejumlah 15 persen untuk beberapa program utama dari departemen serta instansi pemerintah.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah dalam pengusahaan energi murah dan bersubsidi rendah. Salah satu contoh usaha pemerintah dengan berusaha mengkonversi penggunaan sekitar 5,2 juta kilo liter minyak tanah kepada penggunaan 3,5 juta ton LPG hingga tahun 2010 mendatang.
Audit Energi bukan Prioritas Pemerintah
Salah satu upaya untuk mengurangi konsumsi energi selain eksplorasi adalah program penghematan penggunaan energi. Dengan penghematan dapat dikurangi resiko konsumsi energi secara berlebihan dan menekan inefisiensi energi di berbagai bidang. Program penghematan ini sebenarnya akan dijalankan oleh pemerintah berupa program audit energi.
Audit energi merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi pemakaian energi oleh konsumen dengan tujuan menganalisis potensi penghematan selanjutnya digunakan untuk memberikan rekomendasi cara terbaik untuk mengurangi penggunaan energi. Sehingga nantinya, dapat mengurangi biaya-biaya yang harus ditanggung oleh konsumen, misal untuk bangunan komersial, kantor pemerintah.
Rencana pemerintah untuk menggalakkan penghematan energi listrik melalui audit energi tahun ini batal dilaksanakan. Dirjen Listrik dan Penghematan Energi departemen ESDM, J. Purwono mengatakan program audit energi terkendala anggaran. Penundaan penggalakan peghematan energi dianggap bukan prioritas akibat pemangkasian 15 persen anggaran departemen.
Program audit energi terkendala anggaran. Padahal dampak dari program ini dapat menghemat 30 persen dari penggunaan energi, hal ini diakui oleh J.Purwono. Angka 30 persen cukup besar dalam rangka penghemetan energi yang dampaknya pengurangan konsumsi energi. Perlu dipertanyakan sebesar anggaran yang dikeluarkan, jika dampak akibat program ini dapat menghemat 30 persen dari pengeluaran negara dalam penggunaan energi.
Disisi lain, program serupa pernah dilakukan pemerintah sejak 2003-2006 melalui program Conversational Partnership. Dengan konsep yang hampir sama, namun kelanjutan program tersebut belum jelas. Apakah program kedepan akan mengalami hal yang sama jika dilaksanan, tanpa kelanjutan hanya sekedar memenuhi program kerja departemen ESDM.
Menghemat bukan hal yang mudah jikalau budaya boros tetap ada di diri departemen atau instansi pemerintah. Kebutuhan energi listrik kian besar mengingat pembangunan kian berkembang di berbagai sektor. Jika pemerintah tidak secepatnya melakukan usaha menekan pemborosan energi justru akan membuat pemerintah bangkrut akibat membayar subsidi lebih bayak untuk energi.
Sudah saatnya, program audit energi digalakkan. Mulai dari hal-hal disekitar, seperti untuk bangunan komersial misalnya, sudah diberikan tiga petunjuk, yakni mengatur suhu alat pendingin ruangan minimal 25 derajat celsius, mengatur pencahayaan listrik ruangan maksimal 15 watt per meter persegi, dan mengurangi jam operasi peralatan, seperti mesin pendingin maupun lift.
Penghematan sekecil apapun yang kita lakukan mampu mengurangi konsumsi energi bangsa ini. Budaya hemat harus dipupuk dari hal-hal yang kecil hingga kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Karena generasi mendatang juga berhak menikmati energi.